Jumat, 22 Mei 2015

Universitas dan Disabilitas

Oleh : Budi Wicaksono*
           
            Sebulan lalu, saya berkunjung ke Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk menjawab rasa penasaranku terhadap universitas inklusi. Ya, universitas yang terletak di Jalan Marsda Adisucipto membuatku kagum. Ketika melewati sepanjang jalan di area kampus, saya disuguhi pemandangan berbeda yang tak bisa ditemui di kampus lain. Hampir di semua sudut bangunan universitas tersebut dilengkapi akses jalan khusus yang ditandai dengan rambu sebagai penandanya. Ini namanya ramp, jalan khusus bagi pengguna kursi roda dan tunanetra. Lanjut lagi, sahabatku menunjukkan sebuah gedung bernamakan Pusat Layanan Difabel (PLD), ditempat itulah layanan terhadap difabel diberikan. Tidak hanya akademik, PLD tetapi juga mencaku juga melayani masalah admisi dan capacity building bagi difabel. 
Pusat Layanan Difabel 
            Memang dukungan dan bantuan lembaga perguruan tinggi terhadap dunia disabilitas di Indonesia masih tergolong rendah. Terbukti dari sedikitnya universitas yang memiliki layanan khusus untuk penyandang disabilitas. Menurut Mimi Mariani, seorang aktivis tunanetra mengatakan lemahnya pemahaman dan dukungan masyarakat terhadap disabilitas di Indonesia karena minimnya perhatian dunia pendidikan. Aktivis penyandang dua gelar master dari Universitas Indonesia dan University of Leeds, Inggris ini menambahkan pendidikan mengenai disabilitas di luar negeri diberikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Untuk di perguruan tinggi misalnya, di semua jurusan pasti ada satu semester tentang disability dan wajib diambil. Beliau menambahkan kalau kuliah di hukum pasti ada Law and Disability, kalau kuliah di ekonomi ada Economy and Disability dan bila di manajemen pasti ada Management and Disability, sehingga setelah mereka lulus dari universitas sudah punya pengetahuan betul tentang disabilitas.
            Disadari atau tidak, agaknya benar disinilah kekurangan pendidikan kita. Bukan hanya akses dan layanan terhadap penyandang disabilitas, namun pemahaman terhadap disabilitas itu sendiri masih minim. Buktinya, universitas yang memiliki jurusan, pusat studi, atau layanan khusus terhadap penyandang disabilitas masih sangat jarang. Bahkan universitas terkemuka sekalipun belum punya layanan fasilitas. Beberapa universitas yang memiliki perhatian khusus terhadap disabilitas selain Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ada Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
Pusat Layanan Pendidikan Mahasiswa Tunanetra (PUSYAN)
            Pusat layanan difabel di universitas yang memiliki perhatian khusus terhadap difabel berbeda satu sama lain. Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) misalnya, ada PUSYAN (Pusat Layanan Pendidikan Mahasiswa Tunanetra) yang merupakan bagian dari Laboratorium Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan bekerjasama dengan Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI).
Menurut koordinator PUSYAN, lembaga pelayanan ini didirikan dalam upaya mengatasi kendala dan masalah yang dihadapi para mahasiswa tunanetra di sana. Berbeda kalau di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta ada lembaga pelayanan untuk kepentingan disabilitas yang memiliki Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK).
Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) 
Meskipun USD merupakan universitas swasta namun dengan konsisten menyelenggarakan pendidikan dan latihan guru untuk sekolah-sekolah luar biasa, terutama sekolah khusus tunarungu. Di Universitas Brawijaya Malang ada Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) yang berusaha memberikan layanan yang komprehensif, menjangkau semua persoalan yang dibutuhkan warga kampus penyandang disabilitas.
Pusat Studi Layanan Difabel 
            Saat ini dibutuhkan penyadaran di kalangan universitas terkait layanan untuk mahasiswa disabilitas. Empat universitas yang sudah memiliki pusat studi layanan difabel bagaikan setitik air ditengah lautan perguruan tinggi di Indonesia. Terlalu kecil kesempatan yang kita berikan untuk penyandang disabilitas menempuh pendidikan di universitas. Terlalu sedikit pula universitas yang memberi perhatian terhadap hak memperoleh pendidikan ini.
            Layanan terhadap mahasiswa penyandang disabilitas di universitas secara garis besar terdiri dari tiga bagian utama, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan akademik. Sebagai contoh lingkungan fisik, dapat dimulai dengan membangun fasilitas berupa ramp sekeliling kampus bagi dan jalur bagi pengguna tongkat berjalan. Selanjutnya membangun lingkungan sosial yang ramah dan tidak menjadikan penyandang disabilitas terasingkan, misalnya dengan membangun fasilitas kantin yang ramah terhadap penyandang disabilitas agar tetap terjadi interaksi yang baik antar mahasiswa baik penyandang disabilitas maupun non disabilitas. Terakhir membangun lingkungan akademik antara pengajar, materi yang akan disampaikan kepada mahasiswa penyandang disabilitas dengan kurikulum yang menyesuaikan dengan penyandang disabilitas yang bersangkutan.
            Tentunya untuk merealisasikan aksi-aksi tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan kerjasama dari semua pihak yang terkait dengan kegiatan perkuliahan, mulai dari pengajar hingga semua staf yang ada di dalam kampus. Salam Kesetaraan !

*Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar